Jumat, 01 Maret 2013

Workshop Implementasi kurikulum D III Kebidanan berbasis KBK

Issu sekolah bidan akhir-akhir ini jadi bahan perbincangan hangat. Perkiraan permintaan tenaga kesehatan indonesia dari luar negeri tahun 2014 hanya 40 bidan yang terkirim. Dengan mengacu rencana pengembangan tenaga kesehatan 2011-2025 Rata-rata lulusan bidan bidan jawa timur 80.000 padahal kebutuhan Luluasan bidan di Indonesia tahun 2014 sejumlah 184.075. Maka kebutuhan lulusan dengan lulusan bidan tiap tahun tidak berbanding lurus. Banyak upaya akhir-akhir ini untuk menurunkan AKI & AKB dengan meningkatkan lulusan bidan, salah satunya berdirinya AIPKIN (Asosiasi Pendidikan Bidan Indonesia) untuk mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan bidan. 
Kurikulum merupakan inti kegiatan perkuliahan suatu pendidikan maka kurikulum ini adalah ibarat adonan kue apabila mau buat kue donat maka bahan-bahan harus sesuai, kalau tidak sesuai maka bisa menjadi lentu atau yang lain. Begitu juga kalau kurikulum bidan tidak sesuai, ingin mencetak bidan bisa menjadi SPG, Tukang Salon dll karena tidak merasa cocok jadi bidan atau tidak ada lahan pekerjaan bidan karena saking banyaknya lulusan bidan, mau praktek mandiri tidak berani karena tidak terampil. Belum Syarat pengurusan SIB, SIPB sekarang tambah ruwet...hah...Nasip Lulusan Bidan????????????????
Hari pertama Pembicara inti workshop membuat ngantuk banget, jadi gk semangat alias kurang greget. Kurikulum Berbasis kompetensi dengan metode Student Center Learning sudah sering didengungkan tp kok ya implementasinya sulit. Ternyata setelah dianalisis SCL itu harus butuh tenaga dosen yang banyak, fasilitas belajar yang memadai, waktu lama supaya kompetensi bisa tercapai. Hah...bisa berjalan gk ya dengan kondisi PTS dana swadana..repot mau berkualitas dengan kurang dukungan..
Kendala :
1. Komitmen institusi kebidanan kurang.
2. Rata-rata Pendidikan dosen belum S2
3. Dosen kebidanan banyak yang tidak praktek kebidanan 
4. Dosen muda belum pengalaman
5. Motivasi dosen bidan rendah karena sistem gajih, penghargaan dan watak dosen sendiri.
6. Kepentingan finansial dari institusi
Dosen Bidan masih belum bisa maksimal dalam mencetak lulusan bidan yang berkualitas terkendala dengan berbagai hal baik kendala secara internal maupun eksternal. 
Solusi sementara :
1. Perlunya dukungan institusi dalam menjalankan KBK.
2. Ayo dosen bidan praktek agar apa yang diajarkan tidak mengawang.
3. Sekolah kalau ada uang mau gratis bisa dikontrak yayasan atau Beasiswa dikti
4. Dosen muda kudu magang dong...dengan kesadaran 
.................................................................................................................................

3 komentar:

  1. jadi diperkirakan untuk jurusan kebidanan kedepannya peluang untuk mendapatkan pekerjaan itu bagaimana? sulit ya?

    BalasHapus
  2. Semakin Sulit.....mba tapi masih ada kesempatan dengan keuletan, kegigihan belajar dan terus belajar baik masalah kompetensi maupun bahasa asing terutama bhs inggris, mandarin...dll...kebutuhan bidan diluar negri banyak tapi kita selalu terkendala bahasa dan keterampilan kita yang kurang memadai...Ayo semangat para Bidan jangan terpaku pada kondisi berusaha lebih kreatif. Contoh Penjual Bakso sangat banyak tapi tetap laris dijual karena penjual semakin banyak saingannya maka mereka semakin kreatif...

    BalasHapus
  3. Pusiiiing..lulusan bidan byk bget tp knp ngk mw ptt didesa.mw y dikota..gmn aki bs turun..padahal didesa itu lbh enak.nyaman.asri.jauh polusi smua...patien lbh byk.ngk ad saingan spt di kota..buat adik bidan pengalaman didesa sgt berkesan.qt hidup lbh kreatip.mandiri.profesional..menjadi guru buat masy

    BalasHapus