Senin, 11 Mei 2015

Patient Safety Pemasangan dan Pelepasan Kontrasepsi IUD dan Implant


Menulis buku merupakan kewajiban dosen sebagai tri darma perguruan tinggi. Buku Referensi tentang patient safety pemasangan dan pelepasan kontrasepsi IUD dan Implant sangat diperlukan oleh tenaga kesehatan maupun mahasiswa.
Buku referensi tentang patient safety di Indonesia masih sangat jarang terutama terkait dengan kebidanan. Padahal issu tentang patient safety sudah harus menjadi prioritas utama tenaga kesehatan maupun mahasiswa kesehatan. Patient Safety adalah mencegah dan menghindari kesalahan sampai dengan nol. Petugas kesehatan dan mahasiswa kesehatan idelanya bekerja dengan mengutamakan keselamatan pasien sehingga hal-hal yang merugikan dan membahayakan pasien terhindari.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup menjadi penyumbang gagalnya sistem kesehatan yang berorientasi keselamatan pasien. Upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu salah satunya dengan menggiatkan program KB dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) melalui pemasangan alat kontrasepsi IUD dan Implant.
Issu lain yang tidak kalah penting adalah rendahnya kompetensi petugas kesehatan dalam hal pemasangan dan pelepasan IUD dan Implant, sehingga perlunya sebuah buku yang praktis di lengkapi bukti-bukti ilmiah.
Buku referensi berjudul “Patient Safety Pemasangan dan Pelepasan Kontrasepsi IUD dan Implant” hadir untuk menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pemasangan dan pelepasan IUD dan Implant yang di lengkapi kajian secara ilmiah berdasarkan bukti-bukti penelitian yang sudah dilakukan.
Key Word : Buku Referensi, Patient Safety, IUD dan Implant

Jumat, 08 Mei 2015

Preceptor S1 Kebidanan

Modul Preceptor klinik :
1. Orientasi Klinik
2. Gaya mengajar & Tipe mengajar
3. Kebutuhan belajar
4. Refleksi
5. Manajemen Konflik
6. Umpan balik & evaluasi
orientasi klinik terkait penjadwalan praktek, pengenalan tempat praktek, adaptasi, membangun hubungan preceptor dan preceptee, kerja tim.
Tipe dan gaya menggajar dapat menggunakan berbagai cara sesuai kebutuhan mahasiswa dan perlu dipahami mahasiswa berbeda2 cara belajarnya shg preceptor harus memahami dan memodifikasi cara pengajaran atau pembimbingan.
Kebutuhan belajar apa saja yang harus disiapkan selama praktek klinik dan tentunya harus didiskusikan antara preceptore dan preceptee. Mahasiswa praktek klinik sudah membawa tensi, stetoscope, metelin,linex/pondodoscop.
Refleksi adalah pengalaman belajar atau klinik terkait asuhan kebidanan. Setiap mahasiswa tentunya memiliki pengalaman klinik yang sangat berkesan terkait pelayanan kebidanan, baik itu pengalaman buruk atau baik yang pernah dialami.
Manajemen konflik tentunya tidak dapat di hindarkan dalam praktek klinik baik preceptor maupun preceptee, bagaimana agar konflik tidak mempenggaruhi suasana bljr mahasiswa dan pelayanan asuhan kebidanan kepada pasien.
Evaluasi/umpan balik preceptor lahan ke institusi apakah mahasiswa sudah dianggap mampu dalam praktek profesi asuhan kebidanan.
Pengalaman praktek belajar preceptor di Amerika menurut Anne Hyere bahwa mahasiswa bidan di Amerika hanya sekitar 25 orang dan mereka pada saat praktek klinik antara preceptee dan preceptor 1:1. Berbeda dengan mahasiswa di Indonesia institusi bidan sangat banyak dan jumlah mahasiswa tiap angkatan 100 orang, sehingga jumlah rumah sakit atau lahan praktek dengan pasien yang tersedia tidak imbang. Tentunya kebijakkan pemerintah dalam hal perijinan institusi bidan di perketat dan institusi sudah mulai sadar bahwa mahasiswa yang diterima sdh tdk boleh banyak. Tentunya keberanian lahan praktek menolak mahasiswa praktek apabila penuh. Dengan kesadaran bersama yang kita cetak adalah manusia yang melayani manusia, bukan hanya kepentingan atau kesempatan mendapatkan uang tentunya.


Minggu, 08 Maret 2015

Relaktasi Suplementer Menyusui


Relaktasi adalah proses menyusui kembali. Ini terjadi ketika seorang ibu memutuskan kembali menyusui anaknya setelah berhenti menyusui, tanpa melihat berapa lama laktasi terhenti. Relaktasi bisa dilakukan oleh para ibu setelah beberapa hari, beberapa minggu, bahkan beberapa tahun setelah berhenti menyusui.

Kondisi apa saja yang membutuhkan relaktasi?
  1. Bayi terpisah dari ibu karena salah satu dari mereka sakit dan setelah sembuh ingin memberikan ASI kembali
  2. Ibu yang beberapa saat tidak dianjurkan menyusui, misalnya untuk pemeriksaan dengan zat radioaktif.
  3. Bayi prematur saat mulai belajar menyusu sehingga proses pemberian ASI atau susu formula dilakukan dengan alat bantu. Setelah berat badan si bayi cukup, si ibu ingin menyusuinya secara langsung.
  4. Yang paling umum, karena berbagai alasan (misalnya produksi ASI menurun), seorang ibu beralih ke susu formula, sehingga akhirnya menurunkan produksi ASI
Faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan relaktasi?
1. Hal yang berhubungan dengan bayi
a) Keinginan bayi untuk menyusu. Keberhasilan relaktasi terjadi bila bayi segera menyusu saat didekatkan pada payudara. Pada awalnya bayi memerlukan bantuan untuk dapat melekat dengan benar pada payudara. Salah satu penelitian relaktasi menemukan bahwa 74% bayi menolak untuk segera menyusu pada awal laktasi yang disebabkan karena bayi kesulitan melekat pada payudara dan memerlukan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih mengatasinya. Penolakan pada awal relaktasi bukan berarti bayi akan selalu menolak menyusu pada ibu, diperlukan kesabaran ibu untuk menghadapi hal ini.
b) Usia bayi. Akan lebih mudah melakukan relaktasi pada bayi baru lahir sampai bayi berusia kurang dari 8 minggu.
c) Lamanya waktu laktasi terhenti (breastfeeding gap). Umumnya relaktasi akan lebih mudah bila waktu terhentinya laktasi belum lama
d) Pengalaman makan bayi selama terhentinya laktasi. Kesulitan mengajari bayi untuk menyusu kembali sering kali terjadi bila bayi tersebut sudah terbiasa menggunakan dot. Sehingga untuk kasus bayi yang lahir dengan berat badan rendah disarankan untuk diberikan minum dengan cangkir untuk mempermudah proses relaktasi.
e) Sudah mendapat makanan pendamping. Relaktasi akan sulit dilakukan pada bayi yang sudah mendapat makanan pendamping.
2. Hal yang berhubungan dengan ibu
a) Motivasi ibu. Ibu mempunyai motivasi yang kuat karena mengetahui laktasi sangat penting dalam mendukung kesehatan bayi.
b) Lamanya waktu dari berhentinya laktasi (lactation gap). Umumnya makin pendek waktu terhentinya laktasi, makin mudah ibu untuk melakukan relaktasi.
c) Kondisi payudara ibu. Adanya infeksi atau luka pada payudara maupun bentuk puting yang terbenam menjadikan alasan ibu menghentikan laktasi. Setelah infeksi teratasi dan ibu mendapat bimbingan laktasi, motivasi ibu muncul untuk menyusui anaknya kembali.
d) Kemampuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya dan dukungan dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan.

Persiapan Apa yang Harus Dilakukan Sebelum Melakukan Relaktasi?
  1. Pilihlah waktu melakukan relaktasi yang tepat. Sebaiknya relaktasi tidak dilakukan dalam periode pindahan rumah, ibu sedang banyak kegiatan, ibu atau bayi sedang tidak terlalu sehat, sehari-hari ibu hanya tinggal sendiri di rumah dengan bayi, dsb.
  2. Bersiap-siaplah untuk menghadapi stres yang mungkin akan dialami selama minggu-minggu pertama dimulainya masa relaktasi. Ada kemungkinan bayi akan menolak menyusu langsung dari payudara, atau bayi akan lebih banyak menangis karena merasa frustasi dengan sedikitnya ASI yang mulai keluar.
  3. Mintalah dukungan mental dari orang-orang terdekat di lingkungan.
  4. Konsultasikan masalah Anda dengan tenaga profesional seperti konselor atau konsultan laktasi. Sebagian besar proses relaktasi memang membutuhkan pendampingan konselor atau konsultan menyusui.
  5. Percaya bahwa akan mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi, dan walaupun awalnya terasa sangat sulit, namun yakin bahwa perjuangan akan membuahkan hasil.
  6. Pastikan cukup makan dan minum yang bergizi untuk menjaga kondisi tubuh selama proses relaktasi.
  7. Anda dapat mengkonsumsi apapun yang Anda sukai dan Anda percayai dapat meningkatkan produksi ASI. Ingat, kata kuncinya adalah “suka” dan “percaya”. Jika Anda tidak percaya bahwa suatu makanan atau minuman bisa memperbanyak ASI, hasilnya tidak akan optimal. Begitu juga jika Anda mengkonsumsi makanan atau minuman secara terpaksa. Jika diperlukan. mintalah kepada dokter Anda obat yang dapat membantu tubuh dalam memproduksi ASI,
  8. Mulai mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sekiranya bisa delegasikan, karena akan menghabiskan hampir seluruh waktu bersama bayi selama minggu-minggu pertama program relaktasi.
  9. Kurangi kegiatan di luar rumah, dalam minggu-minggu pertama masa relaktasi sedapat mungkin menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari bersama bayi.
  10. Tingkatkan skin to skin contact dengan bayi. Tidurlah bersamanya baik pada malam maupun siang hari, dekaplah dan gendonglah sesering mungkin.
  11. Lakukan terus komunikasi pada bayi Anda, meskipun si kecil belum sepenuhnya memahami apa yang Anda katakana, namun komunikasi ini akan mampu meningkatkan bonding antara Ibu dengan bayi, sekaligus meningkatkan sugesti positif ibu agar sukses relaktasi.
  12. Sebisanya mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi dikerjakan sendiri, seperti memandikan, menggantikan popok, menidurkan dan mengajaknya bermain.
  13. Berlatih memposisikan bayi pada payudara dengan posisi dan pelekatan yang benar. Cobalah dengan berbagai cara untuk menemukan kembali posisi yang paling nyaman ketika mulai menyusui.

Bagaimana Cara Melakukan Relaktasi?
Relaktasi hanya bisa dilakukan dengan satu cara, yaitu : membiarkan bayi menyusu sesering mungkin pada payudara. Frekuensi menyusui ini setidaknya adalah 10 kali dalam 24 jam atau lebih jika memang bayi menginginkannya.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat tempuh dalam proses relaktasi:
  1. Biarkan bayi mengisap payudara sekitar 30 menit setiap kali ia menyusu, jika dimungkinkan. Atau secara bertahap dapat ditingkatkan durasi menghisapnya tersebut, dimulai dari sekurangnya 15 menit pada saat menyusu.
  2. Usahakan untuk selalu bersama bayi terutama pada malam hari ketika hormon prolaktin sedang dihasilkan secara optimal.
  3. Susu formula yang sebelumnya sudah diberikan tetap diberikan sesuai berat badan bayi, tetapi segera setelah ASI mulai keluar sedikit, porsi susu formula tersebut dapat dikurangi sebanyak 30-60 ml dalam sehari, sampai akhirnya tidak diberi sufor sama sekali. Sufor hendaknya tidak diberikan dengan dot, tetapi dengan pipet, cup feeder atau sendok. Hentikan juga penggunaan empeng, karena empeng akan membuat bayi merasa nyaman sehingga dia merasa tidak perlu menghisap pada payudara ibu.
  4. Lama berhenti menyusui dapat dijadikan tolak ukur kasar mengenai jangka waktu relatasi. Jika baru berhenti menyusui, maka dibutuhkan waktu yang tidak lama untuk menghasilkan kembali atau meningkatkan pasokan ASI. Namun, jika telah berhenti menyusui lama, mungkin akan dibutuhkan waktu yang lama pula untuk menghasilkan ASI kembali atau meningkatkan produksinya.
  5. Relaktasi lebih mudah jika bayi sangat muda (kurang dari 3 bulan), daripada jika bayi berumur lebih dari 6 bulan. Namun, relaktasi dimungkinkan pada usia berapa saja.
  6. Relaktasi lebih mudah jika bayi baru saja berhenti menyusu dibandingkan dengan bayi yang sudah lebih lama berhenti menyusu. Namun, relaktasi dimungkinkan kapan saja.
  7. Pastikan posisi dan pelekatan menyusui sudah benar dan nyaman.
  8. Jika bayi menolak mengisap payudara yang ’kosong’, ibu dapat memberikan susu (formula atau ASIP) melalui pemakaian pipa nasogastrik yang dihubungkan ke cangkir atau semprit, dimana sisi yang satu lagi di tempelkan pada payudara. Ibu dapat mengontrol pengaliran cairan dengan menaikkan atau merendahkan cangkir atau semprit saat bayi menyusu pada payudara ibu. Metode drip drop dengan menggunakan pipet yang diteteskan di payudara saat bayi menyusu merupakan salah satu metode yang sering digunakan.
  9. Terus pantau jumlah BAK harian bayi (setidaknya 6 kali) dan juga kenaikan berat badan bayi yaitu sekurangnya 500 gram dalam sebulan.

Minggu, 15 Februari 2015

Persalinan Fisiologis

Pengkajian
A. Anamnesis
Initial Assesment :
Indikasi :
·  Kontraksi
·  Kelainan Vagina
·  Ketuban pecah spontan
·  Nyeri Persalinan
History :
·  Verbal
·  Riwayat Kehamilan
·  Obstetri
·  Gynekologi
·  Medis
·  Bedah
·  Psikologi, budaya dan spiritual
B. Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan Fisik :
·  TTV Maternal
·  Status nutrisi dan hidrasi
·  Penampilan Umum
Abdominal Assessment
·  Memberikan privasi dan mendapatkan persetujuan
·   Fundus, kontraksi uterus, presentasi, posisi dan engagement (bagian terbawah janin)
·  Kontraksi-durasi, kekuatan frekuensi
·  Askultasi DJJ dan respon kontraksi
Pengeluaran Vaginal 
·   Show, lendir (warna,oudor,amount, and konsistensi, darah)
Vaginal Examination
·  Jika ada indikasi dan tidak ada indikasi
·  Memberikan privacy dan inform consent
Ketidaknyamanan dan nyeri
·  Assess response kontraksi
·  Review rencana persalinan
·  Diskusi keuntungan dan kelebihan pilihan
·  Mempromosikan dan memperkuat strategi koping
·  Catatan untuk menghilangkan rasa sakit
Dokumentasi
·  Tanggal, jam dan presentasi
·  Assessment
·  Waktu kontraksi
·  Waktu pecah ketuban komunikasi, advise, management plan